TEKS MASORET





Teks Masoret adalah teks Aramaik dan Ibrani otoritatif dari Tanakh bagi Yudaisme Rabbinik. Namun para akademisi masa kini berusaha untuk memahami sejarah teks Alkitab Ibrani dengan menggunakan berbagai sumber lainnya.Sumber tersebut mencakup terjemahan Yunani dan Suriah, kutipan dari naskah para rabbi, Taurat Samaria, dan yang lainnya seperti Naskah Laut Mati. Banyak darinya yang berusia lebih tua daripada teks Masoretik ini dan seringkali bertentangan dengannya.Selain menetapkan kitab-kitab dalam kanon Yahudi, Teks Masoret juga menetapkan teks huruf yang tepat dari kitab-kitab biblika ini, dengan vokalisasi dan aksentuasi yang dikenal sebagai Masorah.

MT digunakan secara luas sebagai dasar penerjemahan Perjanjian Lama dalam Alkitab Protestan, dan dalam beberapa tahun terakhir (sejak tahun 1943) juga digunakan untuk beberapa Alkitab Katolik, namun gereja-gereja Ortodoks Timur tetap menggunakan Septuaginta karena mereka menganggapnya terinspirasi secara illahi. Di zaman modern, Naskah Laut Mati telah menunjukkan bahwa MT hampir sama dengan beberapa teks Tanakh yang berasal dari tahun 200 SM tetapi berbeda dengan yang lainnya.

MT secara khusus disalin, disunting, dan disebarkan oleh sekelompok Yahudi yang dikenal sebagai kaum Masoret antara abad ke-7 dan ke-10 M. Meskipun konsonannya sedikit berbeda dengan teks yang berlaku secara umum pada awal abad ke-2 (dan juga sedikit berbeda dengan teks-teks Qumran yang bahkan lebih tua), MT memiliki banyak perbedaan baik dalam makna yang sangat penting ataupun yang kurang penting jika dibandingkan dengan naskah-naskah (yang masih ada hingga abad ke-4) dari Septuaginta, suatu terjemahan Yunani (yang ditulis pada abad ke-3 hingga ke-2 SM) dari Kitab-kitab Suci Ibrani yang digunakan secara umum di Mesir dan Israel (dan yang sering dikutip dalam Perjanjian Baru, terutama oleh Rasul Paulus).

Baca juga:
SIAPAKAH AKU

Kata Ibrani mesorah (מסורה, atau מסורת) merujuk pada penyebaran suatu tradisi. Dalam suatu makna yang sangat luas dapat merujuk pada keseluruhan rangkaian tradisi Yahudi (Hukum lisan); tetapi dalam konteks Teks Masoret, kata mesorah memiliki suatu makna yang sangat spesifik: tanda-tanda diakritik dari teks Alkitab Ibrani dan catatan-catatan pinggir yang ringkas (dan cetakan-cetakan selanjutnya) dari Alkitab Ibrani yang mencatat rincian tekstual, biasanya mengenai ejaan kata-kata secara tepat.

Naskah Teks Masoret tertua yang masih ada berasal dari sekitar abad ke-9 M. Kodeks Aleppo (pernah dikenal sebagai salinan lengkap tertua dari Teks Masoret, tetapi sekarang bagian Taurat-nya hilang) berasal dari abad ke-10.


Naskah Nash Papyrus (abad ke-2 SM) yang berisi teks pra-Masoret berisi Sepuluh Perintah Allah dan doa Shema Yisrail
Asal dan penyebarannya


Hubungan antara bermacam-macam tulisan kuno dalam Perjanjian Lama ini menunjukkan asal dari Septuaginta.
Talmud (dan juga naskah Karait menyatakan bahwa sebuah salinan baku Alkitab Ibrani disimpan di Bait Suci di Yerusalem untuk kepentingan para pembuat salinan; ada orang-orang yang dibayar untuk melakukan koreksi kitab-kitab biblika di antara para petugas Bait tersebut. Salinan ini disebutkan dalam Surat Aristeas (§ 30; Blau, Studien zum Althebr. Buchwesen, p. 100); dalam laporan Filo (pembukaan dari "Analisis Konstitusi Politik Orang-orang Yahudi") dan dalam buku tulisan Yosefus (Contra Ap. i. 8).

Suatu kisah dari Talmud, mungkin mengacu pada suatu waktu sebelumnya, menceritakan tentang tiga gulungan Taurat yang ditemukan di Bait Suci tetapi saling berbeda satu sama lain. Perbedaan-perbedaan tersebut kemudian teratasi dengan pengambilan keputusan melalui suara terbanyak atas ketiga gulungan tersebut.

Periode Bait Suci Kedua
Penemuan Naskah Laut Mati di Qumran, bertarikh kr. 150 SM - 75 M, menunjukkan bahwa dalam periode ini tidak selalu ada keseragaman teks yang persis sama, yang mana hal tersebut sangat ditekankan pada beberapa abad kemudian. Menurut Menachem Cohen, (peneliti) gulungan-gulungan Naskah Laut Mati memecahkan masalah ini "dengan menunjukkan bahwa memang ada suatu jenis teks Ibrani yang menjadi dasar terjemahan Septuaginta dan berbeda secara substansial dengan Teks Masoret".Gulungan-gulungan tersebut menunjukkan banyak variasi kecil dalam ortografi dibandingkan dengan teks Masoret yang ditulis belakangan maupun antara satu teks dengan yang lainnya. Hal ini terlihat juga dari berbagai catatan koreksi dan alternatif variasi bahwa para penulis merasa bebas untuk memilih sesuai dengan kebijaksanaan dan selera pribadi mereka atas berbagai bacaan yang berbeda.

Namun, terlepas dari adanya variasi-variasi ini, sebagian besar fragmen Qumran lebih mirip dengan teks Masoretik dibandingkan dengan kelompok teks lainnya yang masih terlestarikan. Menurut Lawrence Schiffman, 60% dapat digolongkan sebagai proto-Masoretik, 20% bergaya Qumran dengan dasar teks-teks proto-Masoretik, 5% termasuk golongan proto-Samaritan, 5% golongan Septuagintal, dan 10% sisanya tidak dapat digolongkan. Joseph Fitzmyer mencatat hal berikut ini mengenai temuan di Gua 4 Qumran: "Berbagai bentuk resensional kuno kitab-kitab Perjanjian Lama semacam itu memberi kesaksian tentang suatu perbedaan tekstual tak terduga yang pernah ada; teks-teks ini pantas diberi perhatian dan dipelajari secara lebih mendalam dibanding perlakuan yang diberikan atasnya hingga saat ini. Dengan demikian perbedaan-perbedaan dalam Septuaginta tidak lagi dianggap sebagai akibat dari suatu upaya yang tendensius atau kurangnya upaya dalam penerjemahan naskah Ibrani tersebut ke bahasa Yunani; melainkan merupakan kesaksian akan adanya suatu bentuk teks Ibrani pra-Kekristenan yang berbeda". Di lain pihak, beberapa fragmen yang paling sesuai dengan teks Masoretik ditemukan di Gua 4.

Periode Rabinik
Penekanan pada rincian yang tidak penting atas ejaan dan kata-kata, yang digunakan kalangan Farisi sebagai dasar argumentasi, mencapai puncaknya dengan apa yang dilakukan Rabi Akiba (meninggal 135 M). Gagasan akan sebuah teks sempurna yang disucikan dalam basis konsonantal (hanya menggunakan huruf mati) menyebar dengan cepat ke seluruh komunitas Yahudi melalui pernyataan-pernyataan dukungan dalam Halakha, Aggada, dan pemikiran Yahudi; dan dengannya semakin kuat desakan bahwa suatu penyimpangan satu huruf saja akan menjadikan suatu gulungan Taurat tidak valid. Sangat sedikit naskah yang dikatakan berhasil terselamatkan dari kehancuran Yerusalem pada tahun 70 M. Hal ini secara drastis mengurangi jumlah varian yang beredar, dan memberikan suatu urgensi baru bahwa teks tersebut harus dilestarikan. Berbagai penerjemahan baru dalam bahasa Yunani juga dilakukan. Tidak seperti Septuaginta, penyimpangan skala besar dalam arti antara terjemahan Yunani dari Aquila dan Theodotion dengan apa yang sekarang dikenal sebagai teks Masoretik adalah sangat kecil. Berbagai variasi terperinci antara teks-teks Ibrani yang digunakan jelas masih ada, seperti terlihat dalam perbedaan-perbedaan antara teks Masoretik masa kini dan versi-versi yang disebutkan dalam Gemara, dan bahkan seringkali midrasHalakha berdasarkan pada versi-versi ejaan yang tidak ada dalam teks Masoretik masa kini.

Zaman Kaum Masoret
Teks yang diterima saat ini pada akhirnya meraih dominasi melalui reputasi kaum Masoret, berbagai mazhab penulis dan ahli Taurat yang mengerjakannya antara abad ke-7 dan ke-11, dengan basis Tanah Israel di kota Tiberias dan Yerusalem, serta di Babilonia. Menurut Menachem Cohen, semua mazhab ini mengembangkan prestise sedemikian demi keakuratan dan pengendalian kesalahan atas teknik penyalinan mereka sehingga teks-teks mereka menetapkan suatu otoritas di atas yang lainnya. Berbagai perbedaan tetap ada, terkadang diperkuat oleh adanya perbedaan-perbedaan sistematis dalam pengucapan dan kantilasi setempat. Setiap daerah, karena mengikuti tradisi mazhabnya, memiliki suatu kodeks baku untuk mewujudkan pembacaannya. Di Babilonia, mazhab Sura berbeda dengan Nehardea; perbedaan serupa juga terdapat dalam mazhab Tanah Israel dibanding dengan yang di Tiberias, yang mana di kemudian hari semakin dikenal sebagai pusat pembelajaran. Pada periode ini tradisi yang hidup berakhir, dan kaum Masoret dalam mempersiapkan naskah-naskah mereka biasanya mengikuti salah satu mazhab, sambil meneliti naskah dari mazhab lainnya dan mencatat perbedaan-perbedaan yang ada.

Masorah

Artikel utama untuk bagian ini adalah: Vokalisasi Tiberian

Sebuah halaman dari Kodeks Aleppo, memperlihatkan banyak catatan-catatan marginal.
Menurut tradisi yang sudah lama, suatu Gulungan Kitab Taurat ritual dapat saja hanya berisikan teks konsonan Ibrani – tanpa penambahan ataupun pengurangan. Namun kodeks Masoretik menyajikan materi tambahan secara luas, yang disebut masorah, untuk menunjukkan kantilasi dan pengucapan yang benar, melindungi terhadap kesalahan penulisan, dan memberi keterangan mengenai berbagai varian yang mungkin ada. Naskah tersebut karenanya mencakup titik-titik huruf hidup, tanda-tanda pelafalan dan penekanan aksen dalam teks, keterangan singkat pada margin samping, dan lebih banyak catatan yang lebih panjang pada margin atas dan bawah serta dikumpulkan pada bagian akhir masing-masing kitab.

Catatan-catatan ini ditambahkan karena kaum Masoret mengakui adanya kemungkinan kelalaian manusia dalam menyalin Alkitab Ibrani. Kaum Masoret tidak bekerja menggunakan naskah-naskah Ibrani asli dari Alkitab. Perubahan dan perbedaan telah menyusup ke dalam versi-versi yang mereka salin.

Studi kritis

Jacob ben Hayyim ibn Adonijah, setelah mengumpulkan sejumlah besar naskah, melakukan sistematisasi atas materinya dan menyusun Masorah tersebut dalam edisi Alkitab Bomberg yang kedua (Venesia, 1524–1525). Selain memperkenalkan Masorah ke dalam bentuk margin, pada bagian akhir Alkitabnya ia menghimpun suatu konkordansi dari keterangan-keterangan Masoretik yang tidak dapat ia sisipkan dalam bentuk marginal, dan menambahkan suatu pengantar yang kompleks — risalah pertama mengenai Masorah yang pernah dibuat. Meskipun terdapat banyak kesalahan, pekerjaan yang dianggap sangat baik ini umumnya diakui sebagai "textus receptus" dari Masorah.

Naskah Laut Mati telah memberi titik terang yang baru terhadap sejarah Teks Masoret. Banyak teks yang ditemukan di sana, terutama yang berasal dari Masada, cukup serupa dengan Teks Masoret, sehingga memberi kesan bahwa suatu sumber dari Teks Masoret memang masih ada bahkan sejak abad ke-2 SM. Namun teks-teks lainnya, termasuk banyak darinya yang dari Qumran, berbeda secara substansial, sehingga menunjukkan bahwa Teks Masoret merupakan salah satu dari serangkaian tulisan-tulisan Biblika yang beragam (Lane Fox 1991:99–106; Tov 1992:115). Di antaranya terdapat kitab-kitab yang ditolak oleh kanon Yahudi dan Katolik: Kitab Henokh, "Aturan Komunitas" (1QS), dan "Peperangan Para Putra Terang Melawan Para Putra Kegelapan" (1QM).

Beberapa edisi penting

Ada sangat banyak edisi Teks Masoret yang sudah diterbitkan, beberapa edisi yang paling penting yaitu:

Daniel Bomberg, ed. Jacob ben Hayyim ibn Adonijah, 1524–1525, Venesia
Alkitab Rabinik kedua ini menjadi dasar bagi edisi-edisi pada masa yang akan datang. Edisi ini merupakan teks sumber yang digunakan oleh para penerjemah AlkitabKing James Version tahun 1611, New King James Version tahun 1982, dan New Cambridge Paragraph Bible tahun 2005.
Everard van der Hooght, 1705, Amsterdam dan Utrecht
Benjamin Kennicott, 1776, Oxford
Wolf Heidenheim, 1818, Frankfort-am-Main
Meir Letteris, 1852; edisi kedua, 1866 (diterbitkan oleh British and Foreign Bible Society)
Edisi tahun 1852 merupakan suatu salinan lain dari van der Hooght. Namun edisi tahun 1866 dicocokkan secara saksama dengan naskah-naskah tua dan edisi-edisi cetak awal, dan menggunakan suatu jenis huruf yang sangat mudah dibaca. Ini mungkin adalah teks Alkitab Ibrani yang paling banyak direproduksi sepanjang sejarah, dengan puluhan cetak ulang resmi, dan lebih banyak lagi yang dibajak serta tidak diakui.
Seligman Baer dan Franz Delitzsch, 1869–1895 (Kitab Keluaran sampai Ulangan tidak pernah ada)
Christian David Ginsburg, 1894; edisi kedua, 1908–1926
Edisi pertamanya sangat mirip dengan edisi Bomberg kedua, tetapi dengan berbagai varian yang ditambahkan dari sejumlah naskah dan semua edisi cetak paling awal, disusun secara lebih saksama dibandingkan dengan karya Kennicott; ia mengerjakan semua pekerjaan tersebut sendirian. Edisi kedua sedikit menyimpang dari Bomberg, dan memuat lebih banyak naskah; ia melakukan sebagian besar pekerjaan tersebut sendirian, namun masalah kesehatan memaksanya untuk mengandalkan sebagian lagi pada istrinya dan beberapa asisten lainnya.
Biblia Hebraica, dua edisi pertamanya diterbitkan tahun 1906, 1912. Kedua edisi ini serupa dengan edisi Bomberg yang kedua tetapi dengan variasi dari berbagai terjemahan awal dan sumber Ibrani pada catatan kakinya.
Biblia Hebraica, edisi ketiga yang berdasarkan pada Kodeks Leningrad, diterbitkan tahun 1937. Edisi-edisi cetak ulang di kemudian hari memasukkan beberapa bacaan yang berbeda, yang diambil dari Naskah Laut Mati.
Umberto Cassuto, 1953 (berdasarkan edisi kedua Ginsburg tetapi direvisi berdasarkan Kodeks Aleppo, Kodeks Leningrad dan naskah-naskah yang lebih awal lainnya)
Norman Snaith, 1958 (diterbitkan oleh British and Foreign Bible Society)
Hebrew University Bible Project, 1965-?
Alkitab Koren, 1962 (diterbitkan oleh Koren Publishers Jerusalem)
Teks ini diperoleh dengan membandingkan sejumlah Alkitab yang sudah dicetak, dan sistem suara terbanyak digunakan untuk mengatasi perbedaan yang ada. Moshe Goshen-Gottstein mengkritiknya: "penerbit dari Alkitab Koren – yang tidak memiliki keahlian dalam isu-isu masoretik ... meminta pertolongan tiga akademisi, yang mana semuanya sama-sama kurang ahli dalam masoretik ... Pada dasarnya edisi Koren bukanlah suatu edisi seperti yang dari Dotan, tetapi pengulangan lain dari materi tersebut dipersiapkan oleh ben Hayim."
Aron Dotan, 1976 (berdasarkan pada Kodeks Leningrad, dengan perbaikan pada hal-hal yang jelas salah)
Biblia Hebraica Stuttgartensia, revisi dari Biblia Hebraica (edisi ketiga), 1977. Stuttgartensia edisi kedua (diterbitkan tahun 1983) merupakan teks sumber untuk bagian Perjanjian Lama dari English Standard Version yang diterbitkan tahun 2001.
Mordechai Breuer, berdasarkan pad Kodeks Aleppo, 1977–1982
Jerusalem Crown, 2001: ini merupakan suatu versi revisi dari Breuer, dan merupakan versi resmi yang digunakan untuk melantik Presiden Israel.
Biblia Hebraica Quinta, revisi dari Biblia Hebraica Stuttgartensia; beberapa jilid yang sudah diterbitkan yaitu: Lima Megillot, Ezra dan Nehemia, Ulangan, Amsal, Duabelas Nabi Kecil, Hakim-hakim.

NB: artikel ini dibuat berdasarkan temuan dan penelitian bukan berdasarkan klaim dan opini belaka dengan tujuan agar pembaca semakin faham "Apa dan siapa yang di imaninya itu dan apa maunya"


Giovanni Arhasel Sitinjak


No comments:

Post a Comment

Berilah komentar yang sesuai dengan pengetahuan umum dan bukan argumen pribadi atau alibi